Sejarah Indonesia: Dari Jepang ke Demokrasi Terpimpin



Jepang memasuki dan menguasai
Indonesia pada tahun 1942 setelah mereka berhasil membuat Belanda menyerah
tanpa syarat di Kalijati pada tanggal 8 Maret 1942. Hal ini menandakan bahwa
ada pergantian penjajahan yang semula dijajah oleh Belanda namun sekarang
dijajah oleh Jepang. Pada masa ini Jepang memerintah Indonesia dengan melakukan
pemerintahan militer bukan pemerintahan sipil yang seperti dilakukan oleh
Belanda di tanah Indonesia.
Membagi wilayah Indonesia menjadi
dua daerah, yakni wilayah Barat dan Timur. Kedua wilayah ini dikontrol oleh
pemerintahan militer secara strategis. Wilayah barat berisi Jawa, Madura dan
Sumatra dikuasai oleh Angkatan darat Jepang. Jawa dan Madura dikuasai oleh
angkatan XVI AD Jepang yang berpusat di Jakarta sedangkan Sumatra dikuasai oleh
angkatan XXV AD Jepang yang berpusat di Bukit Tinggi. Wilayah timur berisi
kepulauan Indonesia timur dikuasai oleh Angkatan Laut Jepang yakni Armada
Selatan ke II yang berpusat di ujung pandang.
Di sisi lain, pihak sekutu membentuk
gabungan komando yakni ABDACOM (America British Dutch Australia Command) yang
bertujuan untuk mengambil alih kembali daerah jajahan mereka di Asia. Mereka
juga membentuk AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indisch) yang ditujukan
khusus untuk mengambil kembali Indonesia dari Jepang.
Sedangkan Indonesia membentuk RPKAD
(Resimen Para Komando Angkatan Darat) yang nantinya akan berubah menjadi
Kopassus AD. KKO (Korps Komando) yang nantinya akan berubah menjadi Marinir AL.
PGT (Pasukan Gerak Tjepat) yang nantinya akan berubah menjadi Pasukan khusus
AU.
Selama pemerintahannya, Jepang
berusaha menarik simpati masyarakat Indonesia agar dapat melakukan kontrol
sosial dalam masyarakat Indonesia. Hal ini diwujudkan dengan membuat suatu
propaganda dan membentuk organisasi-organisasi yang berisi tokoh-tokoh nasional
Indonesia. Namun organisasi-organisasi ini tidak boleh organisasi yang berbau
politik karena di masa pemerintahan Jepang organisasi politik Indonesia
dilarang beraktivitas.
Jepang membentuk Gerakan Tiga A yang
berisi propaganda bahwa Jepang adalah Cahaya Asia, Jepang adalah Pelindung
Asia, dan Jepang adalah Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin oleh tokoh nasional
yakni Mr. Syamsudin. Disini masyarakat Indonesia dihasut untuk mempercayai
Jepang dengan alasan bahwa Jepang mampu mengalahkan bangsa asing. Selain itu,
Jepang juga mengaku sebagai saudara tua dari bangsa Indonesia dengan tujuan
agar Jepang dihormati oleh masyarakat Indonesia.
Jepang membentuk PUTERA (Pusat
Tenaga Rakyat) yang di pimpin oleh tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno, Moh.
Hatta, Mas Mansyur dan Ki Hajar Dewantara yang kemudian disebut Empat
Serangkai.
Organisasi ini
dibentuk pada bulan maret 1942. Tujuan
dibentuknya PUTERA adalah untuk
memusatkan
seluruh kekuatan masyarakat Indonesia
guna membantu
Jepang dalam Perang Asia
Timur Raya.
Sedangkan tugas pemimpin PUTERA adalah memimpin rakyat agar kuat melaksanakan
kewajiban dan bertanggung jawab untuk menghapus pengaruh barat, berusaha
mempertahankan Asia Raya dan mempererat persaudaraan Indonesia-Jepang. Empat
Serangkai dianggap oleh Jepang sebagai lambang dari Pergerakan Nasional
Indonesia. Sebaliknya pemimpin Indonesia memanfaatkan Putera untuk
mempersiapkan Indonesia merdeka, sehingga dalam perkembangan selanjutnya Putera
menjadi sebuah wadah pemupukan rasa nasionalisme dikalangan rakyat Indonesia.
Jepang membentuk
organisasi-organisasi pemuda. Seinenden (Barisan Pemuda) yang beranggotakan
pemuda usia 14-22 tahun, tujuannya adalah untuk mendidik dan melatih pemuda di
bidang militer. Keibodan (Pembantu Polisi) yang beranggotakan pemuda laki-laki
usia 20-25 tahun. Heiho (Pembantu Prajurit) yaitu pemuda yang ditempatkan
dalam struktur organisasi militer Jepang, baik angkatan darat maupun angkatan
laut. Heiho dianggap sebagai bagian dari angkatan perang Jepang sehingga
langsung diterjunkan dalam medan pertempuran menghadapi sekutu diberbagai front
pertempuran. PETA (Pembela Tanah Air) yang
beranggotakan pemuda yang dididik di wilayah Bogor, setelah lulus mereka
diangkat menjadi komandan-komandan dalam angkatan Perang Jepang.
Jepang membiarkan berdirinya organisasi
keagamaan seperti MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) karena tidak
bersifat politik dan hanya bersifat keagamaan, tetapi pada tahun 1943 MIAI
dibubarkan karena dianggap mengancam jepang dan sudah bernuansa politik.
Kemudian sebagai gantinya, Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syuro Muslimin
Indonesia) yang dipimpin oleh K.H Mas Masyur.
PM Tojo menambahkan konsep baru
yakni Cuo Sangi In (Badan Penasehat Pusat) dan Cuo Sangi Kai (Badan Penasehat
Daerah). Jepang membentuk badan ini bertujuan sebagai pengendali politik di Indonesia. Tugas Cuo Sangi In adalah mengajukan saran dan menjawab pertanyaan pemerintah Jepang. Bangsa
Indonesia diberi kesempatan menduduki jabatan kepala Departemen dan Residen
yang sulit didapatkan pada masa pemerintahan Belanda, karena itu para pemimpin pergerakan nasional memanfaatkan hal ini untuk mengimbangi politik jepang.

PM Koiso menjanjikan Indonesia
mendapatkan kemerdekaannya agar Indonesia bersedia membantu Jepang dalam Perang
Dunia II dengan memberikan tenaga orang-orang Indonesia. Kemudian Jepang
membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
tanggal 1 Maret 1945. BPUPKI beranggotakan 60 orang dan diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Tugas BPUPKI
adalah menyelidiki dan mempelajari hal-hal penting yang menyangkut masalah tata pemerintahan dan pembentukan
negara Indonesia. Badan ini juga diperbolehkan
untuk melakukan penyebaran berita tentang persiapan kemerdekaan
Indonesia. Dalam merumuskan hal-hal penting mengenai kemerdekaan Indonesia, BPUPKI mengadakan 2 kali sidang :
1.
Sidang pertama (29 mei – 1 Juni 1945): Dalam sidang pertama ini, pembicaraan dipusatkan pada usaha merumuskan
dasar filsafat bagi negara Indonesia merdeka.
2.
Sidang Kedua ( 10 Juli – 16 Juli 1945 ): Dalam sidang kedua ini menghasilkan perumusan UUD 1945.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh pemerintah Jepang karena dianggap
terlalu cepat mewujudkan kehendak Indonesia merdeka dan menolak adanya
keterlibatan dari pemerintah Jepang dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Jepang kemudian membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai yang tugasnya adalah mempersiapkan segala
sesuatu yang menyangkut masalah
ketatanegaraan sehubungan dengan akan diserahkannya kekuasaan pemerintah dari
Jepang kepada bangsa Indonesia. Sebagai ketua PPKI
diangkat Ir.
Soekarno dan M. Hatta sebagai wakilnya.
Namun sebelum Jepang memerdekakan
Indonesia, Amerika Mengebom dua kota di Jepang yakni Hiroshima dan Nagasaki
sebagai bentuk balas dendam AS kepada Jepang atas bom Pearl Harbour. Setelah
itu Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu di Perang Dunia II pada 14
Agustus 1945.
Kondisi kekalahan Jepang ini
kemudian dimanfaatkan oleh Indonesia untuk melakukan persiapan kemerdekaan.
Namun ada konflik diantara kaum muda dan kaum tua, kelompok tua menginginkan
kemerdekaan Indonesia dilaksanakan melalui PPKI sedangkan kelompok tua
tidak mau merdeka melalui PPKI.
Kemudian kelompok muda menculik Soekarno dan membawanya ke RengasDengklok. Pada
Tanggal 16 Agustus 1945 dibuat rumusan naskah proklamasi. Pada tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Indonesia menyatakan
kemerdekaannya.
Hasil Keputusan rapat PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945:
a)
Menetapkan Undang-Undang Dasar
b)
Mengangkat Presiden dan wakil
Presiden

Di satu sisi, sekutu mempersiapkan
pasukan diantaranya AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indisch), KNIL
(Koninkijk Netherlands Indisch Lager) dan NICA (Netherlandsch Indisch Civil
Administration) pasukan Belanda yang pernah melarikan diri ke Australia untuk
menata kembali kehidupan Indonesia. Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah
sebagai berikut.
- Menerima
penyerahan senjata dari tangan Jepang.
- Membebaskan
para tawanan perang dan interniran Sekutu.
- Melucuti
dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
- Menegakkan
dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada
pemerintahan sipil.
- Menghimpun
keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan
pengadilan.
6.
Di sisi lainnya, presiden RI yakni
Soekarno, membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang ditujukan untuk mencegah
Sekutu masuk ke Indonesia.
7.
Perang antara BKR melawan AFNEI dan
KNIL tidak bisa terelakkan. Perang ini terjadi di Surabaya, Medan, Ambarawa,
Bandung dll.
1.
Pertempuran Surabaya
Pada 25 Oktober 1945, bagian dari
Divisi India ke-23 yang mendapat tugas dari panglima AFNEI untuk melucuti
serdadu Jepang dan menyelamatkan interniran Sekutu yang dipimpin oleh Brigadier
A.W.S. Mallaby telah mendarat di Surabaya. Sekutu dapat meyakinkan Pemerintah
RI bahwa mereka berjanji tidak akan menggangu urusan politik bangsa Indonesia
dan mereka juga menyatakan bahwa diantara mereka tidak terdapat tentara
Belanda.
Namun Indonesia di khianati, salah
satu bentuk nyata dari penghianat Inggris adalah pada tanggal 26 Oktober 1945
satu pleton dari Field Security Section melakukan penyergapan di
Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer (seorang Kolonel Angkatan Laut
Belanda) dan kawan-kawannya. Tindakan Inggris tidak berhenti sampai disitu,
buktinya 27 Oktober 1945 mereka menyebarkan pamflet yang berisi perintah agar
rakyat Surabaya dan Jawa Timur untuk menyerahkan senjata yang didapat dari
Jepang. Pemerintahpun melakukan pertemuan dengan Mallaby untuk meminta
konfirmasi mengenai hal tersebut.
Namun Mallaby mengatakan bahwa ia
tidak tau menahu tentang hal tersebut, tetapi menurut Mallaby jika itu
merupakan perintah Inggris maka ia akan tetap menjalankan sesuai dengan apa
yang diperintahkan.
Pada 27 Oktober 1945 merupakan
kontak senjata pertama antara pemuda dan Inggris, peristiwa tersebut mulai
bertambah kritis hingga Inggris merasa tidak nyaman akan posisinya. Untuk itu
Inggis meminta kepada Presiden Soekarno agar pihak Indonesia menghentikan
serangan tersebut. Tetapi sialnya, pemimpin mereka tewas dalam peperangan.
Mendengar pemimpinnya gugur, Inggris mulai mendatangkan pasukannya ke
Indonesia, selain itu tanggal 9 November 1945 Inggris mengirimkan ultimatum
yang intinya menghina dan merendahkan harga diri bangsa Indonesia. Akhirnya
perang pun tidak dapat dihindarkan.
2.
Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini berlangsung 20
November sampai 15 Desember 1945 diawali dari insiden di Magelang saat Brigade
Artileri dari Divisi India ke-23 mendarat disemarang yang dipimpin oleh
Brigadier Bethell. Divisi ini mempunyai tujuan yang sama seperti halnya di
Surabaya, hingga insiden itupun pecah pada tanggal 26 Oktober 1945 di Magelang.
Insiden ini berhenti setelah Presiden dan Sekutu mengadakan perundingan untuk
melakukan genjatan senjata pada tanggal 2 November 1945.
Pada 20 November 1945 di
Ambarawa terjadi pertempuran antara TKR dan Inggris, karena banyaknya serangan
yang dilakukan Ingggris maka 21 November 1945 pasuka TKR melakukan serangan
fajar dengan tujuan memukul mundur pasukan Inggris yang menduduki desa Pingit.
Akhirnya pada 15 Desember 1945 Inggris meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke
Semarang.
3.
Pertempuran Medan Area
Sekutu dibawah pimpinan T.E.D. Kelly
mendarat di Sumatra Utara 9 Oktober 1945. Yang mengejutkan adalah ikut sertanya
NICA dalam rombongan sekutu yang dipersiapkan untuk mengambil alih
pemerintahan. Pemerintah RI Sumatra Utara mengizinka mereka untuk menempati
beberapa hotel di kota medan, hal itu karena semata-mata untuk menghormati
tugas mereka. Sehari setelah mendarat tim dari RAPWI mendatangi kamp-kamp
tawanan di beberapa daerah untuk membantu membebaskan para tawanan dan dikirim
ke Medam atas persetujuan Gubernur M. Hassan. Ternyata hal yang mengherankan
adalah kelompok mereka langsung dibentuk menjadi medan Batalyon KNIL. Sikap ini
menimbulkan berbagai insiden yang dilakukan secara Spontan oleh pemuda,
tepatnya 13 Oktober 1945 merupakan awal insiden, hal ini dipicu oleh seorang
penghuni hotel yang menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai oleh
seseorang yang ditemuinya.
Pada 1 Desember 1945 beberapa papan
dipasang dengan bertuliskan Fixed Boundaris Medan Area diberbagai kota oleh
pihak serikat membuat kota medan terkenal dengan Medan Area. Tindakan ini
adalah tantangan bagi para pemuda karena pihak Inggris dan NICA melakukan aksi
pembersihan terhadap unsur Republik. Aksi tersebut mendapat balasan dari para
pemuda, sehingga banyak daerah yang menjadi tidak aman. Inggrispun juga mulai
mengancam pihak pemuda sehingga perlawanan juga terus memuncak, akhirnya dengan
berbagai cara Inggris berhasil menguasai kota Medan.
4.
Pertempuran Bandung Lautan Api
Pada 12 Oktober 1945 dibawah
pimpinan Brigade Mac Donald pasukan Inggris tiba di Bandung. Pada 24 November
1945 TKR dan badan perjuangan lainnya melancarkan serangan terhadap kedudukan
Inggris, tiga hari kemudian Mac Donald menyampaikan ultimatum agar para
penduduk mengosongkan Bandung Utara. Jawaban dari ultimatum tersebut adalah
berdirinya pos-pos gerilya diberbagai tempat, sehingga selama bulan Desemberpun
terjadi beberapa pertempuran.
Selama berlangsungnya pertempuran,
banyak serdadu India yang menjadi bagian Inggris, melakukan desersi dan
bergabung dengan pasukan Indonesia. Pihak Inggris akhirnya meminta kepada
panglima devisi tiga agar pasuka India tersebut diserahkan kepada mereka. Kegagalan
bangsa Indonesia dalam melakukan serangan maupun penyelesaian menyebabkan
Inggris bermain ditingkat atas. 23 Maret 1946 mereka memberikan ultimatum
kepada Perdana Menteri Sutan Sjahrir agar bangsa Indonesia meningglkan Bandung,
tetapi hal itu ditolak secara tegas karena hal tersebut dirasa tidak mungkin.
23 Maret 1946 dengan alasan untuk menyelamatkan TRI dari kehancuran, Sjahrir
mendesak Nasution agar ultimatum tersebut dipenui, karena dirasa TRI belum
mampu menghadapi pasukan Inggris. Akhirnya sekali lagi Nasution menghubungi
Inggris agar batas waktu tersebut diperpanjang tetapi hasilnya Inggris tetap
menolak dan sebaliknya Nasutionpun juga menolak tawaran Inggris untuk
meminjamkan truk untuk mengangkut pasukan Indonesia.
Dalam pertemuan antara Nasution dan
para komandan TRI, para pemimpin lasykar dan aparat pemerintahan mencapai
kesepakatan yaitu akan membumi hanguskan Bandung sebelum tempat itu
ditinggalkan. Akhirnya tempat pertama yang dibumi hsnguskan adalah Bank Rakyat,
dan dilanjutkan ditempat penting lainya. Selain itu anggota TRI juga membakar
asrama mereka sendiri, akhirnya 24 Maret 1946 semua orang meninggalkan Bandung
yang saat itu sudah menjadi lautan api.

Presiden Soekarno membentuk kabinet
presidensial yang mana kepala pemerintahan yang merangkap menjabat sebagai
kepala negara. Kabinet presidensial ini menunjukkan bahwa Indonesia saat
itu belum ada demokrasi.
Setelah itu kabinet presidensial
diubah menjadi kabinet ministeril yang mana kepala pemerintah dijabat oleh
Perdana menteri. Hal ini melanggar konstitusi UUD 1945. Perdana Menteri yang
pertama menjabat adalah PM Sjahrir.
Hasil kerja PM Sjahrir adalah terwujudnya Perjanjian Linggar Jati pada tanggal
25 Maret 1947. Yang mempertemukan PM Sjahrir dengan Van Mook. Perjanjian
Linggar Jati menghasilkan keputusan yakni: Pertama, Belanda hanya mengakui
Indonesia hanya sebatas pulau Jawa, Madura dan Sumatera. Kedua, Indonesia
sepakat dijadikan negara persemakmuran.
Di sela pemerintahan PM Sjahrir,
Belanda melakukan agresi militernya ke Indonesia yang dikenal sebagai Agresi
Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. Agresi ini bertujuan untuk
menjadikan NICA berkuasa kembali di Indonesia.
Kepala pemerintah PM Sjahrir diganti
dengan PM Amir Sjarifudin. Di masa Jabatannya, PM Amir menghasilkan Perjanjian
Renville yang memutuskan bahwa garis demarkasi (batas-batas wilayah yang
dikuasai Belanda) semakin meluas. Hasil ini mendatangkan banyak protes di
kalangan masyarakat Indonesia. Kemudian berakibat pada lengsernya PM Amir
Sjarifudin dan digantikan dengan wakil presiden Moh. Hatta.
Presiden kemudian melakukan
Rekonstruksi Rasionalisasi (Re-Ra), hal ini merupakan penataan kembali tentara
Indonesia, yakni mengubah BKR menjadi TKR (Tentara keamanan rakyat) dan diubah
lagi menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia), selain itu presiden juga
melakukan pengurangan tentara untuk menjaga anggaran negara.
Di sisi lain, PKI (Partai Komunis
Indonesia) merasa tidak puas dengan hasil perjanjian Renville dan keputusan
Re-Ra yang kemudian berujung pada pemberontakan PKI di tahun 1948.

Pada tanggal 19 Desember 1948 agresi
militer kedua dilancarkan Belanda dengan tujuan ibukota Republik Indonesia di
Yogyakarta. Presiden, Wakil Presiden dan beberapa pejabat tinggi lainnya
ditahan oleh Belanda. Sebelum terjadinya aksi penangkapan, pemerintah RI
melakukan sidang darurat yang salah satu keputusannya memberi mandat kepada
menteri kemakmuran,
Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darurat Republik Indonesia
(PDRI) di Sumatera. Mandat tersebut ditandatangani oleh Presiden dan Wakil
Presiden RI. Untuk menjaga kemungkinan gagalnya pembentukan Pemerintahan
darurat Republik Indonesia di Sumatera, Menteri Luar negeri Republik Indonesia
H. Agus Salim mengirimkan mandat kepada Mr. A. A. maramis, L.N. Palar, dan Dr.
Sidarsono yang sedang berada di India untuk membentuk pemerintahan pengasingan
(exile government) di new Delhi, India.
Mr. Syafruddin Prawiranegara mengumumkan berdirinya Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia pada tanggal 22 Desember 1948 yang berkedudukan di Bukittinggi.
Keberadaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ternyata diakui didalam dan luar negeri.
Pada masa-masa genting ini Jendral
Soedirman melakukan gerilya di desa-desa di pulau jawa. Terbukti kebenaran
dalil bahwa gerilya menang selama lawan tak mampu menghabiskannya secara
tuntas. Perlawanan itu tidak memungkinkan Belanda mencapai tujuannya baik dari
segi politik dan ekonomi karena perkebunan-perkebunan tidak dapat berproduksi
dengan baik dan lalu lintas antar-kota sangat terganggu atau bahkan putus sama
sekali akibat perlawanan gerilya TNI bersama Rakyat.
Agresi militer Belanda II ternyata
tidak memberikan hasil yang memuaskan para pemimpin Belanda. Walaupun agresi
itu secara militer berhasil merebut kota Yogyakarta, ibukota Revolusi RI secara
cepat, namun Belanda tidak dapat memperoleh hasil politik yang diinginkan
karena Indonesia telah mengantisipasinya lewat PDRI. Tujuan politik Belanda
adalah menaklukkan Republik Indonesia dan meniadakannya sebagai kenyataan
politik.
Karena selama RI masih berdiri,
Belanda tak dapat menegakkan kembali kekuasaan penjajahannya di Indonesia.
Kekuasaan atas Indonesia sangat diinginkan Belanda karena Belanda mempunyai
tujuan Ekonomi, yaitu menghidupkan kembali usaha perkebunan guna memperoleh
pemasukan penting bagi keuangan negaranya.
Pada awal-awal agresi Belanda, para
diplomat RI di luar negeri sudah bertindak dan berhasil membujuk Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyalahkan Belanda dalam kasus itu.
Pada tanggal 26 Januari 1949 Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang mengecam serangan Belanda tersebut, dan
menuntut agar kekuasaan RI ditegakkan kembali serta dilanjutkan perundingan
antara pihak RI dan Belanda untuk mencapai penyelesaian damai.
Keputusan dari PBB ini membuka
kembali perundingan antara Indonesia dan Belanda yang mempertemukan Mr. Mohamad
Roem sebagai ketua delegasi RI dan Dr van Roijen sebagai ketua delegasi
Belanda. Pada tanggal 6 Juli 1949 pemerintahan RI diakui kembali, kemudian
Presiden Soekarno serta Wakil Presiden Mohamad Hatta kembali ke Yogyakarta dari
tempat penahanan di Bangka untuk memegang kembali pimpinan pemerintahan RI.
Dalam persetujuan Roem-Van Roijen juga disepakati bahwa akan diadakan
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda untuk proses penyerahan kedaulatan
Belanda atas wilayah Indonesia kepada bangsa Indonesia.

Konferensi Meja Bundar (KMB)
dilakukan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949. Dalam
KMB pihak Amerika Serikat bertindak sebagai penengah. Keputusan KMB di Den Haag
adalah :
1.
Belanda menyerahkan kedaulatan atas
Indonesia kepada negara Republik Indonesia Serikat (RIS), kecuali Irian Barat.
2.
Dibentuk Uni Indonesia – Belanda di
bawah Mahkota Belanda.
3.
Semua hutang Hindia Belanda beralih
ke RIS.
4.
TNI yang menjadi Angkatan Perang RIS
menerima semua personil bekas tentara Hindia Belanda (KNIL) yang tidak turut ke
Belanda.
Dengan keputusan itu maka Republik
Indonesia menjadi satu negara bagian dalam RIS yang statusnya sama dengan negara-negara
ciptaan Belanda. Pada tanggal 27 Desember 1949 di ibukota Belanda Amsterdam
diadakan penyerahan kedaulatan dari Belanda yang diwakili oleh Ratu Juliana
kepada Indonesia diwakili Drs Moh Hatta sebagai Ketua Delegasi RI, sedangkan di
Jakarta pada hari sama dilakukan penyerahan kedaulatan itu dengan menurunkan
bendera Belanda depan Istana Merdeka dan Bendera Sang Saka Merah Putih berkibar
sebagai tanda kedaulatan Indonesia.

Republik Indonesia Serikat hanya
berlangsung dari tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950. Disini
terbentuk UUD RIS dan mengangkat Presiden yakni Soekarno dan wakil presiden
yakni Moh. Hatta. Pembentukan RIS ini ditolak oleh tokoh-tokoh nasional, mereka
menginginkan negara kesatuan RI. Banyak alasan yang membuat mereka tidak puas
dengan hasil dari KMB tersebut, yakni: Pertama mereka marah bahwa Republik
Indonesia yang mereka bela dan perjuangkan hanya menjadi negara bagian dari RIS
setingkat dengan negara buatan Belanda yang merupakan boneka kehendak Belanda
dan berarti bahwa negara Indonesia yang memperoleh kedaulatan itu masih berada
di bawah negara Belanda. Ditambah lagi penyerahan kedaulatan itu tidak meliputi
Irian Barat, padahal yang dimufakati adalah penyerahan kedaulatan atas wilayah
bekas Hindia Belanda yang jelas meliputi Irian Barat.
Kedua, mereka marah bahwa Indonesia
harus menanggung semua hutang Hindia Belanda, Indonesia masih belum bisa
dikatakan sebagai negara yang merdeka secara penuh karena masih harus
menanggung hutang negara lain. Ketiga, TNI diakui sebagai Angkatan Perang RIS,
tetapi harus menerima dan mengintegrasikan bekas anggota tentara Belanda
(khususnya KNIL) yang tidak turut kembali ke Belanda. Bekas musuh yang sering
amat kejam kepada Rakyat dan anggota TNI kini di dalam satu naungan, tentu saja
hal ini akan sulit untuk diterima. Maka bagi pejuang kemerdekaan, KMB bukan
suatu konferensi yang berhasil bagi Indonesia, sekalipun terjadi penyerahan dan
pengakuan kedaualatan kepada bangsa Indonesia.

Republik Indonesia kesatuan adalah
aksi sepihak dari Indonesia untuk tidak mengikuti hasil KMB tetapi Irian Jaya
masih tetap dikuasai Belanda. Adapun berbagai tantangan di dalam Republik
Indonesia Kesatuan ini, diantaranya:
a)
Kapten Raymond Westerling melakukan
pemberontakan bersama APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung. Namun aksi
ini masih bisa di atasi oleh TNI.
b)
Kapten Andi Aziz melakukan
pemberontakan di Makassar, ia menginginkan untuk tetap menjadi RIS. Tetapi aksi
ini juga bisa di atasi oleh TNI.
c)
Dr. Soemokil melakukan pemberontakan
dan bertujuan membentuk RMS (Republik Maluku Selatan) pada tanggal 25 April
1950. Aksi ini bisa di atasi TNI tetapi organisasi ini masih ada karena
simpatisan RMS pindah ke Belanda.
Para tokoh Nasional baik tokoh
politik maupun tokoh TNI kemudian mengusahakan agar dapat diwujudkan kondisi
yang memungkinkan RIS berakhir tanpa melanggar hasil KMB. Peran TNI pertama
adalah usaha untuk mempengaruhi masyarakat di negara-negara bagian buatan
Belanda untuk masuk ke wilayah negara kesatuan RI. Usaha TNI di seluruh wilayah
RIS difokuskan kepada usaha territorial, yaitu mempengaruhi rakyat agar
bergabung kepada Republik Indonesia. Pengaruh keberadaan pasukan TNI sebagai
dukungan usaha territorial itu sangat penting, terutama sikap prajurit TNI yang
dekat kepada Rakyat dan berbeda dengan sikap KNIL yang sebagai tentara
penjajahan menindas atau sekurang-kurangnya menjauhi Rakyat.
Usaha territorial TNI makin lama
makin menunjukkan hasil. Satu per satu negara bagian RIS menyatakan bergabung
pada RI. Pada akhir Maret 1950 tinggal ada 4 negara bagian dalam RIS, yaitu RI,
Negara Kalimantan Barat, Negara Sumatra Timur dan Negara Indonesia Timur. Dan
pada akhir bulan April 1950 tinggal Republik Indonesia sebagai negara bagian. Dengan
begitu secara de facto RIS sudah tidak ada dan RI satu-satunya negara di
Indonesia. Maka pada tanggal 15 Agustus 1950 diadakan rapat gabungan DPR dan
Senat RIS menetapkan berakhirnya Republik Indonesia Serikat dan menandatangani
piagam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan pada tanggal
17 Agustus 1950 Republik Indonesia secara resmi terbentuk kembali sebagai
Negara Kesatuan RI. Dengan demikian sejarah RIS berakhir dan RI tegak kembali
sebagai pemegang kedaulatan bangsa Indonesia tanpa terjadi pengeluaran satu
tembakan pun.

Masa ini berlangsung dari tahun
1950-1959. Pada masa ini kepala negara dan kepala pemerintahan dijabat oleh
presiden. Pada masa ini berlaku UUDS 50. Pemimpin kabinet pada masa ini adalah
dari tokoh-tokoh nasional yang diperebutkan oleh tokoh dari partai Masyumi dan
PNI. Namun, presiden memberikan kesempatan pertama kepada partai Masyumi.
Berikut adalah para pemimpin kabinet di masa demokrasi liberal.
I.
Natsir
Natsir berasal dari partai Masyumi.
Ia hanya memimpin kabinet selama satu tahun. Ia ditugaskan untuk mengembalikan
tataran negara di dalam negeri, menciptakan masyarakat adil dan makmur dan ia
melakukan upaya perundingan dengan Belanda yang masih menguasai Irian jaya.
II.
Sukiman
Sukiman berasal dari partai Masyumi.
Ia juga memimpin kabinet hanya selama satu tahun. Ia ditugaskan untuk
meneruskan tugas Natsir. Selama menjabat, ia melakukan perundingan dengan
Amerika yang menghasilkan mutual security act. Hal ini tidak disetujui oleh PNI
karena dianggap sebagai pelanggaran politik luar negeri yang bersifat bebas dan
aktif.
III.
Wilopo
Wilopo berasal dari PNI. Ia memimpin
kabinet selama satu tahun. Ia ditugaskan untuk menciptakan kedamaian dan
kemakmurran, mengembalikan Irian Jaya dan mempersiapkan pemilu karena saat itu
belum ada lembaga nasional.
IV.
Ali Sastroamijoyo I
Ali Sastroamijoyo berasal dari PNI.
Ia memimpin kabinet selama dua tahun. Ia ditugaskan untuk menciptakan
Konferensi Asia Afrika yang berisi negara-negara yang baru merdeka. Hal ini
dikarenakan Soekarno ingin menjadi pemimpin disana. KAA ini berlangsung di
Bandung.
V.
Burhanudin Harahap
Burhanudin harahap berasal dari
masyumi. Ia memimpin kabinet selama satu tahun. Selama menjabat ia berhasil
mengadakan pemilu dan membentuk dua lembaga yakni Parlemen (setingkat DPR) dan
Dewan Konstituante (setingkat MPR). Parlemen bertugas untuk membuat
Undang-Undang sedangkan Dewan Konstituante bertugas untuk amandemen
Undang-Undang.
VI.
Ali Sastroamijoyo II
Ali sastroamijoyo kembali menjabat
untuk kedua kalinya. Kali ini ia menjabat selama satu tahun. Pada masa
jabatannya, mulai muncul krisis politik yang dipicu karena adanya ketidakpuasan
alokasi anggaran daerah. Hal ini dikarenakan, potensi ekonomi dihasilkan di
daerah-daerah, namun pusat menyusun anggarannya tidak sesuai dan tidak adil
untuk daerah-daerah. Disini mulai muncul pemberontakan-pemberontakan, seperti
PRRI (Pemerintah Revolusioner Republi Indonesia) yang tejadi di Sumatera barat
dan Permesta (Perjuangan rakyat Semesta) yang terjadi di Sulawesi Barat.
VII.
Ir. Djuanda
Djuanda berasal dari non partai, ia
dipilih Presiden karena presiden tidak percaya lagi kepada tokoh-tokoh dari
partai yang selalu berseteru. Ia menjabat selama dua tahun.
Dari masa ke masa selama demokrasi
liberal, pertumbuhan ekonomi dari struktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional
berjalan lamban sebagai akibat pergolakan di daerah. Faktor yang menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia tersendat-sendat:
- Situasi keamanan dalam negeri yang tidak stabil.
Pergolakan di daerah (separatis) menyebabkan perhatian ke sektor
pembangunan ekonomi berkurang.
- Instabilitas Politik.
Sering Resufle Kabinet yang menyebabkan program-program pembangunan tidak berjalan. - Mengandalkan satu jenis ekspor (hasil pertanian &
perkebunan)
- Belum adanya tenaga ahli dan dana dalam penataan
ekonomi.

Masa Demokrasi Liberal berakhir
dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959. Adapun
yang melatarbelakangi keluarnya Dekrit presiden yaitu, Undang-undang Dasar yang
menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil dibuat sedangkan
Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi
liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.
Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga membawa
Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum
yang mantap.
Terjadinya sejumlah pemberontakan di
dalam negeri yang menjurus menuju gerakan separatisme. Konflik antar partai
politik yang mengganggu stabilitas nasional, masing-masing partai politik
selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara agar tujuan partainya tercapai.

Adalah untuk menyelesaikan masalah
negara yang semakin tidak menentu dan untuk menyelamatkan negara.

a)
Pembubaran konstituante
b)
Tidak berlakunya UUDS 1950 dan
berlakunya kembali UUD 1945.
c)
Pembentukan MPRS dan DPR GR
Dalam Pidato Presiden saat
pelantikan DPR GR disebutkan bahwa tugas DPR GR adalah melaksanakan manipol
(manifestasi politik), merealisasi amanat penderitaan rakyat, dan melaksanakan
Demokrasi Terpimpin.
Dalam Pelantikan Wakil-wakil Ketua
DPR GR tanggal 5 Januari 1961 Presiden Soekarno menjelaskan lagi bahwa
kedudukan DPRGR adalah Pembantu Presiden Mandataris MPRS dan memberikan
sumbangan tenaga kepada Presiden untuk melaksanakan segala sesuatu yang
ditetapkan MPRS.

Masa Demokrasi Terpimpin dimulai
dari tahun 1959 hingga 1965. Dilatarbelakangi dengan kekecewaan presiden
terhadap Dewan Konstituante dan akhirnya mengeluarkan Dekrit. Pada masa ini
yang memimpin kabinet adalah presiden. Presiden membentuk DPR-GR dan MPRS yang
anggotanya pro terhadap Soekarno. Presiden juga mengkristalkan kekuatan
politik yang ada yaitu Masyumi, PNI, PKI dll menjadi sebuah front nasional yang
berada di bawah kendali Soekarno. Presiden memberlakukan kembali UUD 1945.
Soekarno menjadikan dirinya sebagai
Panglima Besar Revolusi dan Panglima Tertinggi Angkatan perang. Kedua jabatan
ini semakin tidak menunjukan adanya paham demokrasi yang sebenarnya. Akibatnya,
dengan adanya keadaan ini membuat Moh. Hatta mengundurkan diri dari jabatannya
selaku wakil presiden.
Pada masa ini Soekarno beralih dari
politik yang semula condong ke Amerika dan Belanda menuju politik yang condong
ke arah sosialis komunis. Hal ini terbukti dengan membentuk NASAKOM (Nasionalis
Agama Komunis). Tujuan dari Nasakom ini adalah untuk memperkuat kesatuan
bangsa. Kondisi ini dimanfaatkan oleh PKI agar kembali diterima di masyarakat
Indonesia karena sebelumnya nama PKI tercoreng akibat pemberontakan di tahun
1948. PKI kemudian merekrut anggota-anggota baru dari Angkatan Darat.
Ajaran Presiden Soekarno tentang
Nasakom sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian yang sah
dalam konstelasi politik Indonesia, bahkan Presiden Soekarno menganggap aliansi
dengan PKI sangat menguntungkan sehingga PKI ditempatkan pada barisan terdepan
dalam Demokrasi Terpimpin yang berlandaskan Manipol. PKI menyatakan bahwa
Revolusi belum selesai, dengan dalih itulah PKI mengajak rakyat untuk
menyelesaikan tahapan-tahapan Revolusi yakni dari tahap Nasional Demokratis dan
tahap sosialistis.
Di sisi lain, Uni Sovyet
menginginkan partai-partai komunis di negara-negara baru untuk bisa
merebut kekuasaan yang bisa beraliansi atas nama komintern yang bertujuan untuk
melawan Amerika Serikat.
Pada masa ini, Soekarno menginginkan
negara-negara baru di dunia ini melakukan polarisasi. Ia kemudian membentuk
NEFOS (New Emerging Forces) dan OLDEFOS (Old Established Forces). Nefos
merupakan kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif
revolusioner (termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang anti
imperialisme dan kolonialisme. Oldefos merupakan kekuatan lama yang telah
mapan yakni negara-negara kapitalis yang neokolonialis dan imperialis
(Nekolim).
Hal utama yang belum dilakukan
Soekarno adalah merebut Irian jaya dari tangan Belanda. Kemudian ia mencetuskan
Trikora (Tri Komando Rakyat). Indonesia menyiapkan pasukan menuju Irian jaya,
sedangkan Belanda meminta bantuan PBB dalam masalah ini. PBB kemudian membentuk
UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) untuk mengurusi sengketa
di Irian Jaya yang dipimpin oleh Ellsworth Bunker. Kemudian menghasilkan
kesepakatan bahwa Irian jaya diserahkan ke Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963.
Soekarno akhirnya dapat
diturunkan dari jabatannya sebagai presiden dikarenakan adanya G30S PKI. PKI
melakukan pemberontakan dengan membunuh Jendral-Jendral yang tidak sepihak
dengan PKI. Akibatnya masyarakat menginginkan PKI dibubarkan, tetapi hal ini
ditolak oleh Soekarno. Soekarno membuat kesalahan karena tidak memenuhi
tuntutan rakyatnya untuk menghapus PKI, ia malah semakin membuat rakyat semakin
jengkel karena mereshuffle kabinet dengan menendang Nasution dari dalam kabinet
yang pada saat itu Jendral Nasution sangat dihormati rakyat, dan memasukkan
nama-nama yang pro terhadap PKI ke dalam kabinet. Tingkat kepercayaan rakyat
kepada Soekarno semakin tipis, dan pada akhirnya pada tanggal 22 Februari 1967
MPRS mengeluarkan TAP XXXIII/MPRS/1967 yang berisi:
1.
Mencabut kekuasaan negara dari
Presiden Soekarno
2.
Melarang Soekarno melakukan kegiatan
politik sampai pemilu yang akan datang,
3.
Menetapkan Jendral Soeharto sebagai
pejabat Presiden.




TUGAS SEJARAH

GURU PEMBIMBING MATA
PELAJARAN
FARA
DWI NURYANI S.Pd
SMAN 1 BLAMBANGAN UMPU TAHUN AJARAN 2013/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nama :
Umur :